PERMAINAN BAHASA
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Media Pembelajaran
Dosen pengampu: Alis Asikin, M.A.
Disusun oleh:
Nujumun Niswah (103211037)
Nur I’anah (103211038)
Nur Indah Wardani (103211039)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PERMAINAN BAHASA
I.
PENDAHULUAN
Sejauh ini, belajar bahasa Arab masih kurang
diminati oleh masyarakat jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal
ini dikarenakan umumnya bahasa Arab tidak menggema dalam lingkungan kehidupan
sehari-hari. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan
minat siswa yang tinggi untuk belajar bahasa Arab.
Salah satu cara untuk menciptakan suasana yang
nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran adalah dengan bermain. Dalam hal
ini, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat menarik minat dan mengaktifkan
semua siswa dalam proses belajar-mengajar bahasa Arab. Dengan kata lain, peran
media permainan tidak kalah penting dengan peran kompetensi guru yang memadai
dalam kompetensi.[1]
Kaitannya dengan hal tersebut, penulis dalam
makalah ini akan sedikit banyak mengupas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan permainan bahasa Arab.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang permasalahan tema makalah ini, pemakalah merumuskan batasan-batasan
masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
A. Apa pengertian dan hakikat permainan bahasa?
B. Apa pentingnya menngunakan permainan bahasa
dalam pembelajarn bahasa Arab?
C. Bagaimana ciri-ciri permainan bahasa yang
baik?
D. Apa saja macam-macam permainan bahasa yang
ada? Dan apa tujuan dari masing-masing permainan tersebut?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan
Hakikat Permainan Bahasa
Istilah permainan, menurut pengertiannya adalah situasi atau
kondisi tertentu saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu
aktivitas atau kegiatan bermain. Permainan merupakan suatu aktivitas yang
bertujusn memperolehketerampilan tertentu dengan cara menggembirakan seseorang.
Kegiatan bermain berhubungan dengan kegiatan interaksi seseorang dengan orang
lain, atau barang (mainan). Dengan permainan, seseorang memperoleh manfaat
menemukan identitas, mempelajari sebab akibat, mengembangkan hubungan,
mempraktikan kemampuan, serta mempengaruhi segenap faktor dan aspek kehidupan.
Permainan merupakan sarana yang efektif dan efisien serta penting untuk
menghibur, mendidik, memberikan dampak positif, dan membesarkan setiap pribadi.
Parten, dalam Dockett dan Fleer, memandang kegiatan bermain sebagai
sarana sosialisasi. Melalui bermain, diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam bereksplorasi, berkreasi dan belajar secara
menyenangkan.
Adapun yang dimaksud dengan permainan bahasa adalah cara
mempelajari bahasa melalui permainan. Permainan bahasa merupakan aktifitas yang
dirancang dalam pengajaran dan berhubungan dengan kandungan isi pelajaran
secara langsung atau tidak langsung. Suatu kegiatan dapat disebut permainan
bahasa apabila suatu aktivitas tersebut mengandung unsur kesenangan dan melatih
keterampilan berbahasa atau unsur bahasa tertentu.
Apabila permainan menimbulkan kesenangan, namun tidak memperoleh
keterampilan berbahasa maka permainan tersebut tidak bisa disebut permainan
bahasa, begitupun sebaliknya, apabila suatu kegiatan bertujuan melatih
keterampilan berbahasa, namun tidak ada unsur kesenangan maka kegiatan tersebut
tidak disebut permainan bahasa.[2]
B. Urgensi
Permainan Bahasa
Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh
karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode
(model pengajaran), materi, ataupun medianya. Dalam hal ini permainan bahasa
mempunyai peran sangat penting dalam pembelajaran bahasa Arab, urgensinya
yaitu:
1.
Diperlukan agar peserta didik tidak jenuh dan bosan dalam belajar.
2.
Untuk menepis persepsi negatif peserta didik terhadap bahasa Arab
3.
Pembelajaran bahasa Arab lebih menyenangkan dan variatif
C. Ciri-ciri
Permainan Bahasa yang Baik
Permainan bahasa yang baik itu bukan sebatas
permainan, tetapi harus mempengaruhi siswa dalam penguasaan bahasa. Selain itu,
juga dapat membantu siswa mempelajari materi bahasa yang lebih daripada sekedar
aktivitas bermain itu sendiri. Berikut ciri-ciri permainan bahasa yang baik dan
cocok dipraktikkan dalam pengajaran bahasa:
1. Dapat mengukuhkan dan meningkatkan penguasaan
bahasa, seperti mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu juga
dapat meningkatkan penguasaan unsur bahasa. (kosa kata dan tata bahasa).
2. Mempunyai rangsangan dan bahan yang menarik
sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa pelajar.
3. Memberikan peluang kepada siswa untuk bertindak
secara aktif dan positif serta dapat meningkatkan minat mereka.
4. Melibatkan peserta didik secara aktif, baik
dalam kelompok maupun kelas.
5. Mempunyai petunjuk dan peraturan yang jelas
serta mudah dipahami.
6. Dapat dijalankan dalam jangka waktu dan tempat
yang sesuai agar pembelajaran dapat dicapai secara objektif.[3]
D. Macam-macam
Permainan Bahasa dan Tujuannya
Unsur ketrampilan berbahasa terdiri dari empat
macam, yaitu: istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah.
Dalam rangka pembelajaran dan penempaan keempat macam ketrampilan tersebut, terdapat
aneka ragam permainan bahasa edukatif yang bisa digunakan sebagai media
pembelajarannya. Secara garis besar, ada empat kelompok permainan bahasa yang
akan sedikit diulas dalam makalah ini. Pertama, permainan ejaan, kosakata,
dan kalimat. Kedua, permainan berbicara. Ketiga, permainan
menulis. Keempat, permainan mendengar.
1. Permainan ejaan, kosakata, dan kalimat
Ada beberapa permainan yang bisa diterapkan
dalam hal ejaan, kosakata, dan kalimat dalam bahasa Arab, antara lain:
a. Mengenali anggota badan dengan lagu[4]
Permainan ini bertujuan mengenalkan siswa
terhadap anggota badan menggunakan lagu. Dalam permainan ini diperlukan lagu
tentang anggota badan berbahasa Indonesia yang sudah ada. Cara bermainnya
adalah dengan mengajak siswa bernyanyi lagu tersebut, lalu lirik lagu tersebut
kita gubah ke dalam bahasa Arab.
b. Komunikata cepat[5]
Tujuan dari permainan ini adalah agar siswa
dapat memproduksi kata dengan cepat, logis dan tepat.
Alat yang diperlukan antara lain: telinga
(pendengaran), penglihatan, pikiran, dan mulut (pengucapan dan pelafalan).
Dalam permainan ini siswa dituntut untuk jeli dan teliti mendengarkan kata-kata
dari teman sebelumnya.
Cara bermain:
Siswa diajak bermain dengan menyambung huruf
terakhir menjadi sebuah kata baru. Kata kunci permainan ini adalah memanfaatkan
suku kata terakhir sebagai kata pertama. Siswa berikutnya tidak boleh
menyebutkan kata yang sama dan disebutkan oleh temannya. Misalnya ضَرَبَ,
sudah disebutkan berarti kata ini sudah tidak boleh disebutkan lagi.
Kata umpan pertama bisa dari guru. Kemudian,
dilanjutkan oleh siswa-siswa berikutnya. Siswa yang tidak bisa melanjutkan kata
dari teman sebelumnya bisa diberi hukuman.
Permainan ini bisa juga dilakukan
secara lisan maupun tertulis. Apabila permainan ini dilaksanakan secara
tertulis dapat digunakan untuk melatih ejaan, yaitu berkaitan dengan
pemenggalan suku kata.
Peningkatan taraf kesulitan permainan dapat dilakukan dengan
menambah ketentuan-ketentuan lain yang lebih berat, misalnya kata-kata yang
digunakan harus bersuku kata tiga, atau berupa kata benda, atau kata kerja, dan lain-lain.[6]
c. Tusuk kata[7]
Permainan ini bertujuan agar siswa dapat
meneglompokkan jenis kata dan menambah perbendaharaan kata. Permainan ini cocok
untuk mengajarkan identifikasi dan pengelompokkan. Misalnya, identifikasi macam-macam
kalimat, ciri-ciri kalimat, membedakan huruf jar, jazm, dan lain sebagainya.
Alat yang diperlukan dalam permainan adalah
lidi dan kertas. Bentuk dari kertas ini seperti lingkaran-lingkaran kecil yang
bertuliskan kosa kata Arab.
Cara bermain game ini adalah saebagai berikut:
1) Guru membuat lingkaran-lingkaran kecil seperti
daging dari kertas manila.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
3) Guru memberikan instruksi tentang mekanisme
tusuk kata (pemainan tusuk kata) kepada masing-masing kelompok.
4) Masing-masing kelompok mencari dan
mengumpulkan kelompok yang telah diacak dan menyusunnya dengan menusukkan kata
(sejenis) yang sesuai dengan kelompok kata tersebut.
5) Siswa mencari, mendiskusikan, dan
mengklasifikasi kata sesuai dengan bagiannya masing-masing.
6) Setelah game selesai, tiap kelompok mengirim
perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
d. Strip story (potongan kertas)[8]
Teknik strip story dengan memakai kepingan
kertas mula-mula dicetuskan oleh Prof. R.E. Gibson dalam majalah TESL
Quarterly (vol. 9 no. 02) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Mary
Ann dan John Boyd dalam TOESL Newsletter dan dijelaskan dengan
pengalaman langsung di lapangan oleh Carol Lamelin di majalah yang sama. Fathul
Mujib juga menyebutkan permainan yang sama dalam bukunya Metode
Permainan-permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab tetapi dengan nama
yang berbeda yaitu Broken square (kotak pecah), hanya saja dalam buku ini
permainan tersebut disajikan dengan lebih sederhana dengan tanpa melibatkan
kemampuan memori siswa.
Tujuan dari permainan ini adalah membantu
kemampuan siswa dalam mengurutkan kalimat secara tepat dan benar. Teknik lewat
media ini bertitik tolak dari suatu approach yang menggunkan aktivitas
komunikasi yang sesungguhnya agar kelak siswa dapat dengan mudah dan tidak
sungkan untuk berkomunikasi dengan bahasa asing. Berikut secara detail cara
penggunaan dan pembuatan permainan strip story:
1) Sebelum masuk kelas
-
Guru memilih suatu topik cerita dalam muthola’ah
atau mahfuzhah yang kira-kira dapat dibagi rata kalimat-kalimatnya
kepada siswa.
-
Kalimat-kalimat tersebut ditulis atau diketik dengan
jelas dengan mengosongkan ruang ekstra antara setiap kalimat dengan kalimat.
-
Lembaran kisah tersebut dipotong-potong dengan gunting
menjadi berkeping-keping dengan satu kalimat untuk satu kepingan/potongan.
2) Dalam kelas
-
Kepingan-kepingan kertas yang berisi kalimat-kalimat itu
dibagi-bagikan secara random kepada siswa.
-
Guru meminta siswa menghafal luar kepala kalimatnya dalam
sekejap (satu-dua menit). Siswa-siswa dilarang menulis apa-apa atau
memperlihatkan kalimatnya kepada orang lain.
-
Guru meminta murid untuk mengumpulkan kembali strip
tersebut
-
Guru meminta para siswa untuk berdiri dari kursi. Kalau
kelas besar atau murid banyak, mereka dibagi per grup.
-
Siswa sibuk berusaha menyusun cerita
-
Setelah kalimat itu teratur rapi dalam bentuk sebuah
cerita dan mereka setuju, mereka lalu berdiam diri.
-
Setiap individu menyebut kalimatnya secara berturut
sehingga berbentuk satu cerita yang teratur.
-
Kalau waktu masih mengizinkan, murid-murid bisa diminta
untuk menulis kisah tersebut dalam buku mereka dan mereka saling mendiktekan
kalimat mereka dengan temannya.
-
Setelah semua dilakukan oleh murid, teks asli cerita
tersebut dibagikan atau diperlihatkan melalui overhead projector.
Di sini terlihat bahwa median
potongan-potongan kertas stir story bisa dipakai untuk mata pelajaran: imla’,
muhadatsah, muthola’ah, mahfuzhah, dan insya’.
2. Permainan berbicara
Permainan bahasa yang berkaitan dengan ketrampilan berbicara
antara lain:
a. Ular tangga[9]
Permainan bahasa ular tangga adalah permainan
yang menggunakan media papan atau kertas ular tangga. Tujuan dari permainan ini
adalah melatih kecepatan siswa dalam berbicara.
Beberapa alat yang diperlukan dalam permainan ini
yaitu: papan, kertas ular tangga yang dilengkapi gambar, dan dadu. Dadu tidak
harus seperti dadu umumnya, guru bisa membuat dadu sendiri dengan angka Arab.
Cara bermain:
-
Guru menyiapkan media ular tangga (guru bisa membuat
istilah sendiri)
-
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
-
Aturan main sama persis seperti permainan ular tangga
pada umumnya. Ketika siswa berhenti pada satu kotak, maka ia harus berbicara
apa saja yang berhubungan dengan sesuatu di kotak tersebut.
b. Terka aksi[10]
Permainan ini bertujuan melatih kecermatan dan
kreativitas siswa. alat yang dibutuhkan dalam permainan ini hanya kartu aksi.
Cara bermain: guru membagikan kartu aksi
kepada masing-masing kelompok. Satu kelompok bisa terdiri atas dua orang atau
lebih. Salah satu siswa bertugas menjadi peraga dari kartu aksi tersebut. Dia
harus melakukan gerakan (berupa aktivitas atau aksi) sesuai dengan kartu yang
dipegangnya. Sedangkan siswa yang lain menebak gerakan tersebut.
Guru atau siswa mempraktikkan aksi tersebut
layaknya pemain antonim. Ia hanya boleh bergerak menyerupai aksi tertentu,
tetapi tidak boleh menyebutkan nama aksinya menggunakan suara.
c. Cerita berantai[11]
Cerita berntai merupakan permainan yang
bertujuan melatih kecermatan, kreativitas, dan kecepatan siswa. alat yang harus
dipersiapkan dalam permainan ini berupa buku bacaan atau materi yang akan
dijadikan bacaan acuan bagi guru.
Cara bermain: siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok atau individual. Guru memulai cerita, lalu menunjuk siswa atau
kelompok untuk meneruskan cerita. Setiap individu atau kelompok harus
memperhatikan apapun yang diucapkan oleh kelopok lainnya. Sebab guru dapat
menunjuk siapapun untuk meneruskan cerita. Jangan lupa, guru harus memberi
batas waktu kepada siswa atau kelompok untuk berpikir dalam waktu yang
ditentukan.
3. Permainan menulis
Permainan bahasa yang terkait dengan ketrampilan menulis
antara lain:
a. Menggandeng huruf[12]
Permainan ini bertujuan agar siswa mengenal
abjad dan melatih mereka menggandeng huruf huruf hijaiyah. Beberapa alat yang
diperlukan antara lain kertas, pulpen, dan buku iqra’ sebagai alat peraga.
Cara bermain:
-
Guru menyediakan gambar sebagai kata kunci, dan potongan
kalimat
-
Guru membagi selembar kertas kepada masing-masing siswa
yang berisi gambar sebagai kata kunci, dan beberapa potongan kalimat ayang
disertai terjemahannya. Siswa menggandeng kalimat yang terpotong itu menjadi
susunan yang benar.
b. Menulis kalimat terpanjang[13]
Permainan ini bertujuan agar siswa berlatih
memikirkan kata-kata yang tepat dan merangkainya dalam urutan logis berdasarkan
tata bahasa yang benar dan tepat. Alat-alat yang diperlukan dalam permainan ini
antara lain: pulpen atau spidol dan kertas. Permainan ini bisa dimainkan secara
individu atau kelompok.
Cara bermain:
-
Guru membuat beberapa kelompok.
-
Setiap kelompok berdiri sejajar atau berbaris. Tiap
barisan diberi satu kertas dan pulpen atau spidol.
-
Setiap barisan harus membuat kalimat yang berarti. Setiap
barisan hanya boleh menuliskan satu kata dan dilakukan secara berurutan dimulai
dari peserta paling ujung yang satu sampai ujung yang lain.
-
Jika kalimat belum selesai sampai pada orang yang
terakhir, maka diulang lagi sampai kepada orang yang pertama, sampai kalimat
berhenti dan benar.
c. Teka-teki silang[14]
Permainan ini dapt membantu siswa berpikir
cepat, logis, dan tepat. Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih siswa
memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengisi kolom-kolom kosong, baik mendatar
atau menurun.
Beberapa alat yang diperlukan: kolom gambar
TTS difoto copy sebesar mungkin, dan ditaruh atau ditempel di papan tulis.
Permainan ini bisa dimainkan dalam kelompok atau imdividu.
Cara bermain:
-
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
-
Guru memberikan instruksi tentang mekanisme TTS kepada
masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok mencari dan menemukan kosa kata
dan menuliskannya di kolom, baik mendatar maupun menurun.
-
Setelah game selesai, tip kelompok mengirim perwakilan
untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian masing-masing perwakilan
kelompok menulis dan mengisi TTS yang difoto copy perbesar di papan tulis
4. Permainan mendengar
Di antara permainan bahasa yang bisa digunakan
untuk pembelajaran ketrampilan istima’ yaitu: bisik kata.
Permainan ini dinamakan bisik berantai karena setiap pemain secara
berurutan harus membisikkan suatu
kalimat kepada pemain berikutnya. Kalimat yang dibisikkan adalah kalimat hasil
menyimak bisikan pemain sebelumnya. Materi yang dikomunikasikan disesuaikan
dengan taraf perkembangan peserta didik. Pola kalimat yang dibisikkan hendaknya
sejalan dengan pola kalimat yang diajarkan, dan bukan pola kalimat yang sudah
dihafal peserta didik.
IV.
SIMPULAN
1. Perminan bahasa adalah cara mempelajari bahasa
melalui permainan. Suatu kegiatan bisa dinamakan permainan bahasa apabia suatu
aktifitas tersebut mengandung unsur ketenangan dan melatih keteranpilan
berbahasa atau unsur bahasa tertentu.
2. Pentingnya permainan bahasa dalam pembelajaran
bahasa Arab adalah untuk menghilangkan perspektif bahwa bahasa Arab itu sulit,
juga agar pembelajaran lebih menyenanglan dan variatif.
3. Ciri-ciri permainan bahasa yang baik adalah
mempunyai rangsangan dan bahan yang menarik sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa pelajar.
4. Macam-macam permainan bahasa terkelompokan
menjadi empat, yaitu: permainan ejaan, menyimak, berbicara dan menulis.
V.
PENUTUP
Alhamdulillah, dengan seizinNya pemakalah dapat menyelesaikan penulisan dan
penyusunan makalah ini dengan baik. Semoga makalah yang singkat ini dapat
bermanfaat bagi para pendidik umumnya, dan bagi para guru maupun calon guru
khususnya.
Dengan disajikannya makalah ini ke hadapan para pembaca, pemakalah juga
menyajikan banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam segi materi, bahasa
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati tim
pemakalah mengaharap kritik dan saran yang konstruktif nan komprehensif dari
para pembaca untuk dijadikan bahan evaluasi makalah ini dan agar dapat menjadi
acuan bagi makalah kelak yang akan datang.
[1] Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode Permainan-Permainan Edukatif
Dalam Belajar Bahasa Arab, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 73.
[8] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 80-83. Lihat juga Fathul Mujib dan Nailur
Rahmawati Metode Permainan-permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab,
hlm. 118-119.
Syukron ustdzh
ReplyDelete