Sunday 12 May 2013

Teologi Islam

PERJALANAN TEOLOGI ISLAM I. PENDAHULUAN Dalam sejarah perkembangan agama islam, aspek teologi mempunyai rentetan sejarah yang panjang. Aliran teologidari zaman setelah rasulullah wafat selalu berkembang dari masa ke masa. Hal ini di tandai dengan munculnya aliran Khawarij dan Syi’ah yang keduanya merupakan kelompok yang pro dan kontra terhadap sahabat Ali bin Abi Thalib. Setelah terjadinya perpecahan dikubu Ali, muncullah berbagai macam aliran teologi dalam agama islam yang meliputi aliran Murji’ah, Qodariyah, Jabariyah, Mu’tazilah dan Ahlussunnah wal Jama’ah. II. RUMUSAN MASALAH A. Apa Pengertian Teologi Islam? B. Bagaimana Sejarah Perkembangan Aliran Teologi dalam Islam? C. Apa Saja Aliran-aliran Teologi dalam Islam? III. PEMBAHASAN A. Pengertian Teologi Menurut etimologi, teologi (theology) berasal dari dua kata Yunani, yaitu Theos yang berarti Tuhan (God) dan Logos yang berarti ilmu dan pengetahuan (study) . Jadi, bila digabungkan Teologi berarti ilmu atau pengetahuan yang membahas tentang Tuhan. Pada intinya Teologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami tentang Tuhan, baik itu dari sifat-sifatNya maupun segala sesuatu yang berkenaan denganNya dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan, baik yang disandarkan pada wahyu maupun yang disarkan pada ]enyelidikan akal pikiran intuisi manusia. B. Sejarah Perkembangan Aliran Teologi dalam Islam Menurut para ahli sejarah, bahwa masalah politik yang terjadi mulai masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib merupakan akar dari perkembangan aliran teologi islam. Pada masa pemerintahan Ali bin Thalib, situasi politik pada masa itu dalam keadaan kurang stabil. Hal ini bisa diketahui dengan adanya gerakan pemberontakan dari Muawiyah bin Abi Sofyan. Dalam sejarah agama islam, perang siffin yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi awal dari perpecahan umat islam. Persoalan politik pada zaman itu akhirnya menigkat menjadi persoalan teologi dalam islam. Perang yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan yang diakhiri perdamaian dengan jalan arbritase mendapat kecaman dari sebagian kelompok pendukung Ali. Sikap Ali bin Abi Thalib yang menyetujui arbritase, sungguh tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa hal yang serupa tidak dapat diputuskan dengan arbritase manusia. Putusan hanya datang dari Allah SWT dengan kembali pada hukum-hukum yang ada pada Al-Qur’an. Kelompok yang tidak setuju dengan arbritase ini selanjutnya keluar dari kelompok Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang disebut dengan kaum khawarij. Menurut kaum khawarij, penyelesaian sengketa dengan jalan arbritase bukanlah penyelesaian menurut apa yang diturunkan tuhan, dan oleh karena itu pihak-pihak yang menyetujuhi arbritase tersebut telah menjadi kafir. Dengan demikian Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Abu Musa Al Asy’ari, Amr bin Ash, menurut mereka telah kafir. Setelah perpecahan dpihak Ali bin Abi Thalib, muncul pula aliran Syi’ah, secara garis besar pemikiran Syi’ah hanya tertuju pada masalah politik. Menurut mereka imamah harus dipegang oleh keturunan Ali bin Abi Thalib. Ciri utama dari kelompok syi’ah yaitu kefanatikan mereka terhadap Ali bin Abi Thalib, kefanatikan golongan ini terhadap Ali bertambah kras setelah Ali sendiri terbunuh. Setelah pemerintahan Ali digantikan oleh dinasti bani Umayah dan didalamnya masih terdapat Syi’ah dan Khawarij yang keduanya sama-sama menentang pemerintahan bani Umayah, munculah aliran baruyakni Murji’ah. Aliran ini muncul karena terpecahnya para pengikut Ali bin Abi Thalib menjadi Syi’ah dan Khawarij. Ditengah perbedaan aliran teologi antara Khawarij, Syi’ah, dan Murjiah belakangan muncul aliran teologi Qodariyah. Menurut salah satu pendapat, bahwa pada mulanya aliran ini disebarkan oleh Ma’bad bin Abdullah Al Jauhani Al Bashri. Sebagai reaksi dari paham Qodariyah, munculah aliran Jabariyah. Selain aliran diatas muncul juga aliran Mu’tazilah. C. Aliran-aliran Teologi dalam Islam Didalam aspek teologi terdapat berbagai macam aliran teologi islam, aliran tersebut terbagi menjadi delapan kelompok aliran. Kedelapan kelompok tersebut adalah: Khawarij, Syi’ah, Murjiah, qodariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidhiyah. Mengenai perinciannya akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Khawarij Kaum Khawarij terdiri dari pengikut Ali bin Abi Thalib yang meninggalkan kelompoknya karena tidak setuju dengan sikap Ali dalam menerima arbritase sebagai cara untuk menyelesaikan pertentangan tentang khalifah dengan Muawiyah bin Abi Sofyan. Aliran ini memiliki paham yaitu bahwa pelaku dosa besar itu dihukumi kafir. Dengan demikian, menurut mereka kafir dan tidaknya seseorang itu ditentukan dengan amal perbuatan bukan dengan keyakinan hati. 2. Syi’ah Syiah merupakan kelompok masyarakat yang menjadi pendukung Ali bin Abi Thalib. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam dan khalifah yang sudah ditetapkan melalui nash dan wasiat dari rasulullah, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Mereka berpendapat bahwa imamah tidak boleh keluar dari jalur keturunan Ali bin Abi Thalib. Faham dari aliran ini adalah bahwa agama merupakan ketatan pada imam. Sebagian dari aliran ini ada yang meninggalkan perintah agama, menaati imam, lemah keyakinannya terhadap hari kiamat, menganut aliran hulul, Tanasukh, ruj’ah. Dengan demikian mereka sepakat bahwa agama merupakan ketaatan pada imam dan barang siapa yang tidak taat pada imam berarti dia bukanlah orang yang beragama. 3. Murjiah Kaum Murjiah membentuk suatu paham dalam ushuluddin yang berbeda, bukan saja dengan kaum Khawarij dan Syi’ah tetapi juga dengan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah. Faham-faham itu adalah: a. Iman itu adalah mengenal tuhan dan rasulnya. Jika kita sudah mengenal tuhan dan rasulnya maka itu sudah cukup, dalam arti sudah menjadi mukmin, walaupun melahirkan dengan lidah hal-hal yang mengkafirkan, seperti menghina nabi, Al-Qur’an dan lain sebagainya. b. Orang yang beriman dalam hatinya, tetapi ia kelihatan menyembah berhala atau melakukan dosa-dosa besar yang lain, bagi kaum murji’ah orang ini masih mukmin. 4. Qodariyah Faham qodariyah pada hakekatnya adalah sebagian dari faham Mu’tazilah, karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah. Hampir seluruh orang Mu’tazilah memfatwakan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia itu sendiri, bukan dari Allah SWT. Allah kata mereka tidak ada sangkut paut dengan pekerjaan manusia dan apa yang dibuat manusia tidak diketahui oleh Allah sebelumya, tetapi Allah mengetahui setelah diperbuat manusia. 5. Jabariyah Aliran Jabariyah terbagi menjadi tiga sekte, yaitu al Jahmiah, an Najariyah dan adh Dhirariyah. Adapun pendapat dari sekte al jahmiah yaitu: a. Mahluk tidak boleh mempunyai sifat yang sama dengan tuhan dan kalau terjadi berarti menyamakan Allah dengan sesuatu. b. Ilmu Allah bukan sifat dzatnya. c. Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikitpun. d. Manusia akan kekal, baik dalam surga maupun neraka. 6. Mu’tazilah Aliran Mu’tazilah ini mempunyai lima aliran dasar (Al Ushul Al Khomsah), kelima ajaran tersebut adalah: a. At Tauhid b. Al Ard c. Al Wa’ad wa Al Wa’id d. Al Manzilah baina Manzilataini e. Al Amr bil Ma’ruf wa Al Nahi ‘an Munkar 7. Asy’ariyah Bardirinya aliran ini juga dibersamai dengan pemikiran aqidah. Berikut ini adalah beberapa pemikiran-pemikiran paham Al ‘Asyari a. Dzat tuhan tidak bisa disamakan dengan makhluk b. Kekuasaan tuhan bersifat mutlak, Allah mutlak berkehendak dan berbuat. Dengan demikian, maka perbuatan manusia tidaklah diciptakan oleh manusia itu sendiri, melainkan diciptakan oleh tuhan, sedangkan bersamaan dengan wujud perbuatan itu, manusia mempunyai andil yang disebut kasb (usaha). c. Melihat Allah di akhirat adalah hal yang mgkain terjadi. 8. Al maturidhiyah Aliran ini mempunyai pemikiran-pemikiran sebagai berikut: a. Al Maturidiyah berpendapat bahwa penetapan, kewajiban makrifat terhadap Allah mungkin ditemukan berdasarkan penalaran akal. b. Al Maturidiyah berpendapat bahwa segala sesuatu dapat dinilai baik atau buruk berdasarkan subtansi. c. Al Maturudiyah berpendapat bahwa Allah maha suci dari perbuatan main-main. IV. KESIMPULAN Menurut para ahli sejarah, bahwa masalah politik yang terjadi mulai masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib merupakan akar dari perkembangan aliran teologi islam. Pada masa pemerintahan Ali bin Thalib, situasi politik pada masa itu dalam keadaan kurang stabil. Hal ini bisa diketahui dengan adanya gerakan pemberontakan dari Muawiyah bin Abi Sofyan. Dalam sejarah agama islam, perang siffin yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi awal dari perpecahan umat islam. Persoalan politik pada zaman itu akhirnya menigkat menjadi persoalan teologi dalam islam. Didalam aspek teologi terdapat berbagai macam aliran teologi islam, aliran tersebut terbagi menjadi delapan kelompok aliran. Kedelapan kelompok tersebut adalah: Khawarij, Syi’ah, Murjiah, Qodariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidhiyah. V. PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun, tentunya dari pemakalah masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga uraian sedikit ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin….. DAFTAR PUSTAKA Mathar, Moch. Qashim, Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Nasution, Harun ,Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986. Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 2002. Romas, A. Ghofir, Ilmu Tauhid, Semarang: Badan Penerbit Fak. Dakwah, 1997. Syarahtani, Asy, al Milal wal Jihal, ter. Asywadie Syukur, Surabaya: PT. Bina Ilmu, t.th.

No comments:

Post a Comment